Monday, April 28, 2008



Sebelum Kamu Menceraikanku, Gendonglah Aku.

Pada hari pernikahanku,aku mendukung isteriku. Kereta pengantin
berhenti
didepan flat kami yang cuma berkamar satu. Sahabat-sahabatku menyuruhku
untuk mendukungnya begitu keluar dari kereta. Jadi kudukung Dia
memasuki
rumah kami. Ia kelihatan malu-malu. Aku adalah seorang pengantin lelaki
yang sangat bahagia.

Ini adalah kejadian 10 tahun yang lalu.

Hari-hari selanjutnya berlalu demikian simple seperti secangkir air
sejuk.
Kami mempunyai seorang anak, aku terjun ke dunia usahawan dan berusaha
untuk mengumpulkan banyak duit. Begitu kemakmuran meningkat, jalinan
kasih
diantara kami pun semakin surut. Dia adalah seorang
eksekutif. Setiap pagi kami berangkat kerja bersama-sama dan sampai
dirumah juga pada waktu yang bersamaan.

Anak kami sedang belajar di luar negeri. Perkawinan kami kelihatan
bahagia. Tapi ketenangan hidup berubah dipengaruhi oleh perubahan yang
tidak kusangka-sangka. Dew hadir dalam kehidupanku.

Waktu itu adalah hari yang cerah. Aku berdiri di balkoni dengan Dew
yang
sedang merangkulku. Hatiku sekali lagi terbenam dalam aliran cintanya.
Ini
adalah apartment yang kubelikan untuknya.

Dew berkata , "Kamu adalah jenis lelaki terbaik yang menarik para
gadis."

Kata-katanya tiba-tiba mengingatkanku pada isteriku. Ketika kami baru
menikah,isteriku pernah berkata, "Lelaki sepertimu,begitu hebat, akan
menjadi sangat menarik bagi para gadis."

Berfikir tentang ini, Aku menjadi ragu-ragu. Aku tahu aku telah
mengkhianati isteriku. Tapi aku tidak sanggup menghentikannya. Aku
lepaskan tangan Dew dan berkata, "Kamu harus pergi membeli beberapa
perabot, O.K.?.Aku ada sedikit urusan dipejabat"

Kelihatan Dia jadi tidak gembira kerana aku telah berjanji menemaninya.
Pada saat tersebut, idea perceraian menjadi semakin jelas difikiranku
walaupun kelihatan tidak mungkin. Bagaimanapun,aku merasa sangat susah
untuk membincangkan hal ini pada isteriku. Walau bagaimanapun ku
jelaskan,
ia pasti akan sangat terluka. Sejujurnya,ia adalah seorang isteri yang
baik. Setiap malam Dia sibuk menyiapkan makan malam. Aku duduk berehat
didepan TV.
Makan malam segera tersedia. Lalu kami akan menonton TV sama-sama. Atau
aku akan menghidupkan komputer, membayangkan tubuh Dew. Ini adalah
hiburan
bagiku.

Suatu hari aku berkata dalam hati, Seandainya kita bercerai, apa yang
akan
kau lakukan?

Ia menatap padaku selama beberapa detik tanpa bersuara. Kenyataannya ia
percaya bahwa perceraian adalah sesuatu yang sangat jauh dari ia. Aku
tidak dapat membayangkan bagaimana Dia akan menghadapi kenyataan jika
tahu
bahwa aku serius.

Ketika isteriku mengunjungi pejabatku, Dew baru saja keluar dari
bilikku. Hampir seluruh staff menatap isteriku dengan mata penuh
simpati
dan berusaha untuk menyembunyikan segala sesuatu selama berbual dengan
dia. Dia kelihatan sedikit curiga. Dia berusaha tersenyum pada
bawahan-bawahanku. Tapi aku membaca ada kelukaan di matanya.

Sekali lagi, Dew berkata padaku," Ceraikan Dia, O.K.? Lalu kita akan
hidup
bersama."

Aku mengangguk. Aku tahu aku tidak boleh ragu-ragu lagi. Ketika malam
itu
isteriku menyiapkan makan malam, ku pegang tangannya, "Ada sesuatu yang
harus kukatakan"

Ia duduk diam dan makan tanpa bersuara. Sekali lagi aku melihat ada
luka
dimatanya. Tiba-tiba aku tidak tahu harus berkata apa. Tapi dia akan
tahu
kalau aku terus panik.

"Aku ingin bercerai", ku ungkapkan topik ini dengan serius tapi tenang.

Ia seperti tidak terpengaruh oleh kata-kataku, tapi Dia bertanya secara
lembut,"kenapa?"

"Aku serius." Aku mengelak pertanyaannya. Jawaban ini membuat Dia
sangat
marah. Dia melemparkan sudu dan berteriak kepadaku,"Kamu bukan
lelaki!".

Pada malam itu, kami saling membisu. Dia sedang menangis. Aku tahu Dia
ingin tahu apa yang telah terjadi dengan perkawinan kami. Tapi aku tidak
dapat memberikan jawaban yang memuaskan sebab hatiku telah dibawa pergi
oleh Dew. Dengan perasaan yang amat bersalah, Aku menuliskan surai
perceraian dimana isteriku memperoleh rumah, kereta dan 30% saham dari
perniagaanku. Ia memandangnya sekilas dan mengoyaknya jadi beberapa
bagian.. Aku merasakan hiba dalam hati. Wanita yang telah 10 tahun hidup
bersamaku sekarang menjadi seorang yang asing dalam hidupku. Tapi aku
tidak dapat mengembalikan apa yang telah kuucapkan. Akhirnya Dia
menangis didepanku, dimana hal tersebut tidak pernah kulihat sebelumnya.
Bagiku, tangisannya merupakan suatu pembebasan untukku. Idea perceraian
telah menghantuiku dalam beberapa minggu ini dan sekarang
sungguh-sungguh telah terjadi.

Pada larut malam,aku kembali ke rumah setelah menemui klienku. Aku melihat
Dia sedang menulis sesuatu. Kerana letih aku terus masuk tidur. Ketika aku
terbangun tengah malam, aku melihat Dia masih menulis. Aku tertidur
kembali. Ia menuliskan syarat-syarat dari perceraiannya. Dia tidak
menginginkan apapun dariku,tapi aku harus memberikan waktu sebulan sebelum
menceraikannya, dan dalam waktu sebulan itu kami harus hidup bersama seperti biasanya.
Alasannya sangat sederhana, Anak kami akan menamatkan pelajarannya dan
akan menghadapi peperiksaan sebulan lagi dan Dia tidak ingin anak kami
melihat kehancuran rumah tangga kami.

Ia menyerahkan syarat tersebut dan bertanya, "apakah kamu masih ingat
bagaimana aku memasuki rumah kita ketika pada hari pernikahan kita?"

Pertanyaan ini tiba-tiba mengembalikan beberapa kenangan indah kepadaku.
Aku mengangguk dan mengiyakan. "Kamu mendukungku", katanya,
"Jadi aku punya sebuah permintaan, iaitu kamu akan tetap mendukungku pada
waktu perceraian kita. Dari sekarang sampai akhir bulan ini, setiap pagi
kamu harus mendukungku keluar dari kamar tidur ke pintu."

Aku menerima dengan senyum. Aku tahu Dia merindukan beberapa kenangan
indah yang telah berlalu dan berharap perkawinannya diakhiri dengan
suasana romantis.

Aku memberitahukan Dew soal syarat-syarat perceraian dari isteriku. Ia
ketawa dan berfikir itu tidak ada gunanya. "Bagaimanapun trik yang Dia
lakukan, Dia harus menghadapi hasil dari perceraian ini," Dia mencemuh.

Kata-katanya membuatku merasa tidak sedap hati. Isteriku dan aku tidak
mengadakan hubungan badan lagi sejak kukatakan perceraian itu. Kami saling
menganggap orang asing. Jadi ketika aku mendukungnya dihari pertama,kami
kelihatan kekok. Anak kami menepuk punggung kami,"Wah, papa mendukung
mama, mesra sekali"

Kata-katanya membuatku merasa hiba hati. Dari bilik tidur ke ruang tamu,
lalu ke pintu, aku berjalan 10 meter dengan Dia dalam dakapanku. Dia
memejamkan mata dan berkata dengan lembut," Mari kita mulai hari ini,
jangan memberitahukan pada anak kita." Aku mengangguk, merasa sedikit
bimbang.Aku melepaskan Dia di pintu. Dia pergi menunggu bas, dan aku pergi
ke pejabat.

Pada hari kedua, bagi kami terasa lebih mudah. Dia merebah di
dadaku,kami begitu dekat sampai aku dapat mencium wangi dibajunya. Aku
menyedari bahawa aku telah sangat lama tidak melihat dengan mesra wanita
ini. Aku melihat bahwa Dia tidak muda lagi, beberapa kerut tampak di wajahnya.

Pada hari ketiga, Dia berbisik padaku, "Hujan lebat diluar, hati-hati
kalau bawa kereta."

Hari keempat,ketika aku membangunkannya,aku merasa kalau kami masih mesra
seperti sepasang suami isteri dan aku masih mendukung kekasihku dilenganku.
Bayangan Dew menjadi samar.

Pada hari kelima dan enam, Dia masih mengingatkan aku beberapa hal,
seperti, dimana Dia telah menyimpan baju-bajuku yang telah Dia setrika,
aku harus hati-hati saat memasak,dll. Aku mengangguk. Perasaanku terasa
semakin erat. Aku tidak memberitahu Dew tentang ini.

Aku merasa begitu ringan mendukungnya. Berharap setiap hari pergi ke
pejabat akan membuatku semakin kuat. Aku berkata padanya,"Kelihatannya
tidaklah sulit mendukungmu sekarang"

Ia sedang mencuba pakaiannya, aku sedang menunggu untuk mendukungnya
keluar. Dia berusaha mencuba beberapa tapi tidak dapat menemukan yang
sepadan. Lalu Dia melihatku,"Semua pakaianku jadi besar".

Aku tersenyum.Tapi tiba-tiba aku menyadarinya sebab Dia semakin kurus,itu
sebabnya aku boleh mendukungnya dengan ringan bukan disebabkan aku semakin
kuat. Aku tahu Dia mengubur semua kesedihannya dalam hati. Sekali lagi,
aku merasakan perasaan hiba. Tanpa sadar ku sentuh
kepalanya. Anak kami masuk pada saat tersebut.

"Pa, sudah waktunya mendukung mama keluar"

Baginya,melihat papanya sedang mendukung mamanya keluar menjadi bahagian
yang penting. Dia memberikan isyarat agar anak kami mendekatinya dan
merangkulnya dengan erat. Aku membalikkan wajah sebab aku takut aku akan
berubah fikiran pada detik terakhir. Aku menyanggah Dia dilenganku,
berjalan dari bilik tidur, melalui ruang tamu. Tangannya memegangku secara
lembut. Aku menyanggah badannya dengan kuat seperti kami kembali ke hari
pernikahan kami. Tapi Dia kelihatan agak pucat dan kurus, membuatku sedih.

Pada hari terakhir,ketika aku mendukungnya dilenganku, aku melangkah
dengan berat. Anak kami telah kembali ke sekolah. Dia berkata,
"Sesungguhnya aku berharap kamu akan mendukungku sampai kita tua".

Aku memeluknya dengan kuat dan berkata "Antara kita saling tidak
menyedari bahawa kehidupan kita begitu mesra".

Aku melompat turun dari kereta tanpa sempat menguncinya. Aku takut
terlambat akan membuat fikiranku berubah. Aku menaiki tangga menuju kerumah Dew.

Dew membuka pintu. Aku berkata padanya," Maaf Dew, Aku tidak ingin
bercerai. Aku serius".

Ia melihat kepadaku, terkejut. Dia menyentuh dahiku. "Kamu tidak demam".

Kutepis tanganya dari dahiku "Maaf, Dew,Aku cuma mampu mengucap maaf
padamu, Aku tidak ingin bercerai. Kehidupan rumah tanggaku membosankan
disebabkan Dia dan aku tidak dapat merasakan nilai-nilai dari
kehidupan,
bukan disebabkan kami tidak saling mencintai lagi.Sekarang aku mengerti
sejak aku mendukungnya masuk ke rumahku, Dia telah melahirkan anakku.
Aku akan menjaganya sampai tua. Jadi aku minta maaf padamu"

Dew tiba-tiba seperti tersadar. Dia menampar kuat kepadaku dan menutup
pintu dengan kuat dan tangisannya meledak.

Aku menuruni tangga dan pergi ke pejabat. Dalam perjalanan aku melalui
sebuah kedai bunga, ku pesan sejambak bunga.

Penjual bertanya apa yang mesti Dia tulis dalam kad ucapan?

Aku tersenyum, dan menulis " Aku akan mendukungmu setiap pagi sampai kita
tua.."

No comments :

Post a Comment