
Apa Yang Dikatakan Injil Tentang Muhammad SAW 4/4
PERJANJIAN BARU JUGA MEMBENARKAN
Baptis Bertentangan Dengan Yesus
Pada Perjanjian Baru, kita temukan bahwa orang--orang Yahudi masih
mengharapkan terpenuhinya ramalan "Seorang seperti Musa", lihat Yohanes
1:19-25. Ketika Ye-sus menyatakan sebagai Mesias dari orang-orang Yahudi,
mereka mulai bertanya dimana Elia? Orang-orang Yahudi mempunyai sebuah
ramalan paralel bahwa sebelum keda-tangan Mesias, Elia harus datang
terlebih dahulu pada keda-tangannya yang kedua. Yesus menyatakan
kepercayaan Yahudi ini:
"... Memang Elia akan datang dan memulihkan segala sesuatu dan Aku berkata
kepadamu, 'Elia sudah datang, tetapi orang tidak mengenal dia',… Pada waktu
itu mengertilah murid-murid Yesus bahwa Ia berbicara tentang Yohanes
Pembaptis." (Injil - Matius 17: 11-13)
Menurut Perjanjian Baru, bangsa Yahudi bukanlah orang-orang yang menerima
begitu saja kata-kata siapa pun yang akan menjadi Mesias. Dalam
penyelidikannya mereka mengalami kesulitan yang hebat dalam menemukan
Mesias yang benar. Dan, kitab Yohanes menyatakan, "Dan inilah kesaksian
Yohanes," (pembaptis) "Ketika orang Yahudi dari Yerusalem mengutus beberapa
imam dan orang orang Lewi kepadanya untuk menanyakan dia, 'Siapakah
engkau?' Ia mengaku dan tidak berdusta, katanya, Aku bukan Mesias'." (Hal
ini wajar karena tidak mungkin ada 2 Mesias pada saat bersamaan. Jika Yesus
adalah Mesias maka Yohanes tidak mungkin Mesias!)
Dan, mereka bertanya kepadanya, "Kalau begitu, sia-pakah engkau? Elia?"
Dia menjawab, "Bukan!"
Di sini Yohanes Pembaptis bertentangan dengan Yes-us! Yesus menyatakan
bahwa Yohanes adalah Elia dan Yohanes menyangkal bahwa dia adalah yang
dimaksud oleh Yesus. Satu dari dua (Yesus atau Yohanes) dilarang Tuhan!
Benar-benar tidak berbicara kebenaran. Pada kesaksian Yesus sendiri,
Yohanes Pembaptis adalah nabi terbesar bangsa Israel:
Aku berkata kepadamu, "Sesungguhnya di antara mereka yang dilahirkan oleh
perempuan tidak pernah tampil seorang yang lebih besar daripada Yohanes
Pembaptis...." (Injil - Matius 11: 11)
Kita umat Islam mengetahui bahwa Yohanes Pembap-tis adalah Nabi Yahya
Alaihis-salam. Kita memuliakannya sebagai nabi yang benar dari Allah. Nabi
Suci Yesus, kita kenal sebagai Isa Alaihis-salam, dia juga dimuliakan
sebagai utusan yang hebat dari Yang Maha Kuasa. Bagaimana kami umat Islam
menyatakan salah satu dari mereka berbohong? Kita tinggalkan masalah antara
Yesus dan Yohanes agar dipe-cahkan oleh umat Kristen, karena kitab suci
mereka me-ngandung banyak ketidak sesuaian yang telah mereka sembunyikan
sebagai "pernyataan gelap tentang Yesus". Kami umat Islam sangat tertarik
dengan pertanyaan terakhir yang ditujukan kepada Yohanes Pembaptis oleh
orang-or-ang Yahudi, "Engkaukan Nabi itu? Dia menjawab, "Bukan!" (Injil -
Yohanes 1: 21)
Tiga Pertanyaan
Silahkan perhatikan bahwa terdapat 3 pertanyaan yang jelas dan berbeda,
ditujukan kepada Yohanes Pembaptis dan 3 buah jawaban "tidak" yang tegas
dari Yohanes. Sebagai ikhtisar:
l. Apakah engkau Mesias?
2. Apakah engkau Elia?
3. Apakah engkau nabi itu?
Tetapi umat Kristen yang berpengetahuan, entah ba-gaimana hanya melihat 2
pertanyaan diterapkan di sini.Un-tuk menjelaskan keragu-raguan bahwa
orang-orang Yahudi benar-benar mempunyai tiga ramalan terpisah dalam
fikiran mereka ketika mereka menanyai Yohanes Pembaptis. Mari kita baca
bantahan orang-orang Yahudi, pada ayat-ayat berikut: .
"Mereka bertanya kepadanya, katanya, 'Mengapa engkau membaptis, jika engkau
bukan Mesias, bukan Elia dan bukan nabi itu?" (Injil - Yohanes 1: 25)
Orang-orang Yahudi sedang menunggu terpenuhinya 3 ramalan yang jelas:
Pertama, kedatangan Mesias. Kedua, kedatangan Elia dan ketiga, kedatangan
nabi itu.
"Nabi Itu"
Jika kita lihat Injil manapun yang mempunyai indeks atau referensi silang,
maka kita akan menemukan dalam catatan pinggir pada halaman dimana
kata-kata "Nabi Ter-sebut" atau "Nabi Itu" dalam Yohanes 1: 25 bahwa
kata-ka-ta ini mengacu pada ramalan di ulangan 18:15 dan 18. Dan, bahwa
"Nabi Itu" - "Nabi Seperti Musa" - 'Like unto Thee' telah dibuktikan dengan
bukti yang berlimpah bahwa Ia itu adalah Muhammad dan bukan Yesus!
Kami umat Islam tidak menyangkal bahwa Yesus ada-lah "Mesias", yang
diterjemahkan sebagai "Kristus". Kami tidak mempertentangkan "ribuan dan
satu ramalan" yang banyak dikatakan umat Kristen pada Perjanjian Lama yang
meramalkan kedatangan Mesias. Apa yang kami katakan adalah Ulangan 18:18
tidak mengacu pada Yesus tetapi itu adalah sebuah ramalan yang jelas
tentang Nabi Suci Muham-mad Shallallahu Alaihi wa Sallam.
Dominee, dengan sangat sopan berpisah dengan saya sambil mengatakan bahwa
ini adalah diskusi yang sangat me-narik dan dia akan sangat senang jika
suatu hari saya datang dan berbicara kepada jamaahnya dengan tema tersebut.
Satu setengah dasawarsa telah berlalu sejak itu, tetapi saya masih tetap
menunggu hak tersebut. Saya yakin Dominee bersung-guh-sungguh sewaktu dia
menawarkan, tetapi dia mungkin keras kepala dan siapa yang mau kehilangan
domba-dom-banya?
Ujian Pahit
Kepada domba-domba kristus saya berkata, "Mengapa tidak menerapkan ujian
pahit yang Tuhan kehendaki sendiri agar diterapkan kepada siapa saja yang
akan menjadi penuntut kenabian?" Dia telah berkata: "Dari buahnyalah kamu
akan mengenal mereka. Dapatkah orang memetik buah anggur dari semak duri
atau buah ara dari rumput duri? Demikianlah setiap pohon yang baik
menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah
yang tidak baik… dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka." (Injil -
Matheus 7: 16-20).
Mengapa Anda takut menerapkan uji coba ini terha-dap ajaran Muhammad? Kamu
akan mendapatkan dalam Perjanjian Lama Tuhan - Kitab Suci Al-Qur'an-
pemenuhan ajaran Musa dan Yesus yang benar, yang akan membawa kebahagian
dan kedamaian yang diinginkan kepada dunia. "Jika seorang manusia seperti
Muhammad dianggap kediktatoran dunia modern, dia akan berhasil memecahkan
masalah-masalah yang akan membawa dunia kepada kedamaian dan kebahagiaan
yang dibutubkan." (George Bernard Shaw)
Yang Teragung
Majalah mingguan "TIME" edisi 15 Juli 1974 memuat opini-opini pilihan dari
sejumlah sejarawan, penulis, kaum militer, pengusaha dan lainnya tentang
masalah-masalah: "Siapa pemimpin besar dalam sejarah?" Beberapa
mengata-kan, Hitler; lainnya mengatakan, Gandhi, Budha, Lincoln dan yang
disenangi lainnya. Tetapi Jules Masserman, se-orang psikoanalis Amerika,
membuat batas yang tegas dan memberi kriteria yang benar untuk menilai.
Dia berkata, "Pemimpin harus memenuhi 3 fungsi:
1. Menyediakan petunjuk yang mensejahterakan,
2. Menyediakan sebuah organisasi sosial di mana rakyat merasa relatif aman,
dan
3. Menyediakan mereka satu set keyakinan."
Dengan 3 kriteria di atas dia meneliti sejarah dan meng-analisanya: Hitler,
Pasteur, Caesar, Musa, Confucius dan banyak lagi dan akhirnya menyimpulkan:
"Orang-orang seperti Pasteur dan Salk adalah pemim-pin pada pengertian
pertama. Orang-orang seperti Gandhi dan Confucius pada satu sisi serta
Alexander, Caesar dan Hitler pada sisi lain adalah pemimpin pada pengertian
yang kedua dan mungkin yang ketiga. Yesus dan Budha hanya masuk pada
kategori ketiga saja. Bolehjadi pemimpin terbe-sar sepanjang masa adalah
Muhammad, seorang yang meng-gabungkan ketiga fungsi tersebut, sedangkan
untuk tingkatan yang lebih rendah adalah Musa.
Berdasarkan standar obyektif yang dibuat Profesor Universitas Chicago, yang
saya yakin adalah seorang Yahudi, Yesus dan Budha tidak termasuk dalam
gambaran "Pemim-pin-pemimpin besar umat manusia", tetapi dengan sebuah
kebetulah yang aneh, grup Musa dan Muhammad bersama--sama menambah bobot
lebih jauh terhadap argumen bahwa Yesus tidak seperti Musa, tetapi Muhammad
seperti Musa: Ulangan 18: 18 Like unto Thee -Seperti Musa!
Yang terhormat Pendeta James L. Dow dalam Collins Dictionary of the Bible
memberi bukti lebih jauh, bahwa Yesus tidak seperti Musa, tetapi Muhammad
seperti Musa: "Sebagai negarawan dan pemberi hukum, Musa adalah pencipta
orang-orang Yahudi. Dia menemukan percampur-an yang tidak tepat dari bangsa
Semit, tidak ada satu pun dari.... "Satu-satunya orang dalam sejarah yang
dapat dibandingkan kepadanya adalah Muhammad." (Pendeta James L. Dow)
Sebagai kesimpulan, saya akhiri dengan sebuah kutipan dari seorang pendeta
Kristen, komentator Injil, yang kemudian diikuti perkataan Tuhannya:
"Kriteria utama dari nabi yang benar adalah karakter moral pengajarannya."
(Prof. Dummelow )
"Dari buahnya kita akan mengetahui mereka." (Yesus Kristus)
Marilah Kita Bermusyawarah Bersama-sama
"Katakanlah, 'Hai Ahli kitab, marilah (berpegang) ke-pada suatu kalimat
(ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak
kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesutu pun
dan tidak pula sebagian kita menjadikan sebagian yang Iain sebagai
sesembahan selain Allah'. Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada
mere-ka: 'Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri
(kepada Allah)'." (QS. Ali 'Imran:64)
"Ahli kitab" adalah sebutan penghormatan yang dibe-rikan kepada orang-orang
Yahudi dan Kristen di dalam Kitab Suci Al-Qur'an. Di sini umat Islam
diperintahkan untuk mengajak -"Hai Ahli kitab!"- Hai orang-orang yang
berilmu! Hai orang-orang yang menyatakan sebagai penerima wahyu, kitab
suci; Marilah bermusyawarah bersama-sama mencapai konsep yang sama - "bahwa
kita beribadah tidak kepada yang lain kecuali Allah, karena tidak ada
selain Allah yang layak untuk disembah, bukan karena "…Tuhan, Allahmu,
adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan Bapa kepada
anak-anaknya, kepada keturunan ketiga dan keempat dari orang-orang yang
membenci Aku." (Injil - Keluaran 20:5) Tetapi karena dia Tuhan dan pemberi
harapan kita, penyu-sun dan pendukung kita, patut untuk semua pujian, doa
dan ketaatan.
Secara abstrak orang-orang Yahudi dan Kristen akan setuju terhadap ketiga
hal di dalam ayat Al Qur'an itu. Dalam prakteknya mereka gagal. Terlepas
dari penyelewengan ajar-an dari kesatuan atas satu Tuhan yang benar (Allah
Subha-nahu wa Ta'ala) ada pertanyaan tentang kependetaan suci, (hal inijuga
diturunkan di antara kaum Yahudi), seperti jika seorang manusia belaka
-Cohen, atau Paus, atau Pendeta, atau Brahma- dapat menyatakan keunggulan
terpisah dari pengetahuan dan kemurnian hidupnya, atau dapat berdiri di
antara manusia dan Tuhan dalam beberapa pengertian khusus. Islam tidak
mengenal kependetaan.
Keyakinan Islam diberikan kepada kita di sini dalam sebuah bentuk singkat:
"Katakanlah (hai orang orang mu'min), 'Kami ber iman kepada Allah dan apa
yang drhuunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim,
Isma'i1, Ishak, Ya'qub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa
dan 'Isa serta apa yang diberi-kan kepada nabi-nabi dari Rabbnya. Kami
tidak mem-beda-bedakan seorangpun di antara mereka dan kami hanya tunduk
patuh kepadaNya'." (QS. Al-Baqarah: 136).
Posisi umat Islam jelas. Seorang Muslim tidak menya-takan mempunyai sebuah
agama khusus untuk dirinya sendiri. Islam bukanlah agama suatu golongan
atau etnis. Dalam pandangannya semua agama adalah satu, karena ke-benaran
adalah satu: Islam adalah agama yang sama dengan agama yang telah
disampaikan oleh nabi-nabi terdahulu. (QS. Asy-Syuura: 13). Semua
kitab-kitab tersebut mengajar-kan kebenaran. Intinya adalah kesadaran akan
kehendak dan rencana Allah serta ikhlas dalam ketaatan atas rencana itu.
Jika seseorang menginginkan sebuah agama selain itu, dia menyalahi
kodratnya, dan menyalahi keinginan dan rencana Allah. Seperti tidak seorang
pun dapat mengharap petunjuk, padahat ia dengan pertimbangan mendalam telah
mening-galkan petunjuk.
Pada Perjanjian Baru, kita temukan bahwa orang--orang Yahudi masih
mengharapkan terpenuhinya ramalan "Seorang seperti Musa", lihat Yohanes
1:19-25. Ketika Ye-sus menyatakan sebagai Mesias dari orang-orang Yahudi,
mereka mulai bertanya dimana Elia? Orang-orang Yahudi mempunyai sebuah
ramalan paralel bahwa sebelum keda-tangan Mesias, Elia harus datang
terlebih dahulu pada keda-tangannya yang kedua. Yesus menyatakan
kepercayaan Yahudi ini:
"... Memang Elia akan datang dan memulihkan segala sesuatu dan Aku berkata
kepadamu, 'Elia sudah datang, tetapi orang tidak mengenal dia',… Pada waktu
itu mengertilah murid-murid Yesus bahwa Ia berbicara tentang Yohanes
Pembaptis." (Injil - Matius 17: 11-13)
Menurut Perjanjian Baru, bangsa Yahudi bukanlah orang-orang yang menerima
begitu saja kata-kata siapa pun yang akan menjadi Mesias. Dalam
penyelidikannya mereka mengalami kesulitan yang hebat dalam menemukan
Mesias yang benar. Dan, kitab Yohanes menyatakan, "Dan inilah kesaksian
Yohanes," (pembaptis) "Ketika orang Yahudi dari Yerusalem mengutus beberapa
imam dan orang orang Lewi kepadanya untuk menanyakan dia, 'Siapakah
engkau?' Ia mengaku dan tidak berdusta, katanya, Aku bukan Mesias'." (Hal
ini wajar karena tidak mungkin ada 2 Mesias pada saat bersamaan. Jika Yesus
adalah Mesias maka Yohanes tidak mungkin Mesias!)
Dan, mereka bertanya kepadanya, "Kalau begitu, sia-pakah engkau? Elia?"
Dia menjawab, "Bukan!"
Di sini Yohanes Pembaptis bertentangan dengan Yes-us! Yesus menyatakan
bahwa Yohanes adalah Elia dan Yohanes menyangkal bahwa dia adalah yang
dimaksud oleh Yesus. Satu dari dua (Yesus atau Yohanes) dilarang Tuhan!
Benar-benar tidak berbicara kebenaran. Pada kesaksian Yesus sendiri,
Yohanes Pembaptis adalah nabi terbesar bangsa Israel:
Aku berkata kepadamu, "Sesungguhnya di antara mereka yang dilahirkan oleh
perempuan tidak pernah tampil seorang yang lebih besar daripada Yohanes
Pembaptis...." (Injil - Matius 11: 11)
Kita umat Islam mengetahui bahwa Yohanes Pembap-tis adalah Nabi Yahya
Alaihis-salam. Kita memuliakannya sebagai nabi yang benar dari Allah. Nabi
Suci Yesus, kita kenal sebagai Isa Alaihis-salam, dia juga dimuliakan
sebagai utusan yang hebat dari Yang Maha Kuasa. Bagaimana kami umat Islam
menyatakan salah satu dari mereka berbohong? Kita tinggalkan masalah antara
Yesus dan Yohanes agar dipe-cahkan oleh umat Kristen, karena kitab suci
mereka me-ngandung banyak ketidak sesuaian yang telah mereka sembunyikan
sebagai "pernyataan gelap tentang Yesus". Kami umat Islam sangat tertarik
dengan pertanyaan terakhir yang ditujukan kepada Yohanes Pembaptis oleh
orang-or-ang Yahudi, "Engkaukan Nabi itu? Dia menjawab, "Bukan!" (Injil -
Yohanes 1: 21)
Tiga Pertanyaan
Silahkan perhatikan bahwa terdapat 3 pertanyaan yang jelas dan berbeda,
ditujukan kepada Yohanes Pembaptis dan 3 buah jawaban "tidak" yang tegas
dari Yohanes. Sebagai ikhtisar:
l. Apakah engkau Mesias?
2. Apakah engkau Elia?
3. Apakah engkau nabi itu?
Tetapi umat Kristen yang berpengetahuan, entah ba-gaimana hanya melihat 2
pertanyaan diterapkan di sini.Un-tuk menjelaskan keragu-raguan bahwa
orang-orang Yahudi benar-benar mempunyai tiga ramalan terpisah dalam
fikiran mereka ketika mereka menanyai Yohanes Pembaptis. Mari kita baca
bantahan orang-orang Yahudi, pada ayat-ayat berikut: .
"Mereka bertanya kepadanya, katanya, 'Mengapa engkau membaptis, jika engkau
bukan Mesias, bukan Elia dan bukan nabi itu?" (Injil - Yohanes 1: 25)
Orang-orang Yahudi sedang menunggu terpenuhinya 3 ramalan yang jelas:
Pertama, kedatangan Mesias. Kedua, kedatangan Elia dan ketiga, kedatangan
nabi itu.
"Nabi Itu"
Jika kita lihat Injil manapun yang mempunyai indeks atau referensi silang,
maka kita akan menemukan dalam catatan pinggir pada halaman dimana
kata-kata "Nabi Ter-sebut" atau "Nabi Itu" dalam Yohanes 1: 25 bahwa
kata-ka-ta ini mengacu pada ramalan di ulangan 18:15 dan 18. Dan, bahwa
"Nabi Itu" - "Nabi Seperti Musa" - 'Like unto Thee' telah dibuktikan dengan
bukti yang berlimpah bahwa Ia itu adalah Muhammad dan bukan Yesus!
Kami umat Islam tidak menyangkal bahwa Yesus ada-lah "Mesias", yang
diterjemahkan sebagai "Kristus". Kami tidak mempertentangkan "ribuan dan
satu ramalan" yang banyak dikatakan umat Kristen pada Perjanjian Lama yang
meramalkan kedatangan Mesias. Apa yang kami katakan adalah Ulangan 18:18
tidak mengacu pada Yesus tetapi itu adalah sebuah ramalan yang jelas
tentang Nabi Suci Muham-mad Shallallahu Alaihi wa Sallam.
Dominee, dengan sangat sopan berpisah dengan saya sambil mengatakan bahwa
ini adalah diskusi yang sangat me-narik dan dia akan sangat senang jika
suatu hari saya datang dan berbicara kepada jamaahnya dengan tema tersebut.
Satu setengah dasawarsa telah berlalu sejak itu, tetapi saya masih tetap
menunggu hak tersebut. Saya yakin Dominee bersung-guh-sungguh sewaktu dia
menawarkan, tetapi dia mungkin keras kepala dan siapa yang mau kehilangan
domba-dom-banya?
Ujian Pahit
Kepada domba-domba kristus saya berkata, "Mengapa tidak menerapkan ujian
pahit yang Tuhan kehendaki sendiri agar diterapkan kepada siapa saja yang
akan menjadi penuntut kenabian?" Dia telah berkata: "Dari buahnyalah kamu
akan mengenal mereka. Dapatkah orang memetik buah anggur dari semak duri
atau buah ara dari rumput duri? Demikianlah setiap pohon yang baik
menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah
yang tidak baik… dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka." (Injil -
Matheus 7: 16-20).
Mengapa Anda takut menerapkan uji coba ini terha-dap ajaran Muhammad? Kamu
akan mendapatkan dalam Perjanjian Lama Tuhan - Kitab Suci Al-Qur'an-
pemenuhan ajaran Musa dan Yesus yang benar, yang akan membawa kebahagian
dan kedamaian yang diinginkan kepada dunia. "Jika seorang manusia seperti
Muhammad dianggap kediktatoran dunia modern, dia akan berhasil memecahkan
masalah-masalah yang akan membawa dunia kepada kedamaian dan kebahagiaan
yang dibutubkan." (George Bernard Shaw)
Yang Teragung
Majalah mingguan "TIME" edisi 15 Juli 1974 memuat opini-opini pilihan dari
sejumlah sejarawan, penulis, kaum militer, pengusaha dan lainnya tentang
masalah-masalah: "Siapa pemimpin besar dalam sejarah?" Beberapa
mengata-kan, Hitler; lainnya mengatakan, Gandhi, Budha, Lincoln dan yang
disenangi lainnya. Tetapi Jules Masserman, se-orang psikoanalis Amerika,
membuat batas yang tegas dan memberi kriteria yang benar untuk menilai.
Dia berkata, "Pemimpin harus memenuhi 3 fungsi:
1. Menyediakan petunjuk yang mensejahterakan,
2. Menyediakan sebuah organisasi sosial di mana rakyat merasa relatif aman,
dan
3. Menyediakan mereka satu set keyakinan."
Dengan 3 kriteria di atas dia meneliti sejarah dan meng-analisanya: Hitler,
Pasteur, Caesar, Musa, Confucius dan banyak lagi dan akhirnya menyimpulkan:
"Orang-orang seperti Pasteur dan Salk adalah pemim-pin pada pengertian
pertama. Orang-orang seperti Gandhi dan Confucius pada satu sisi serta
Alexander, Caesar dan Hitler pada sisi lain adalah pemimpin pada pengertian
yang kedua dan mungkin yang ketiga. Yesus dan Budha hanya masuk pada
kategori ketiga saja. Bolehjadi pemimpin terbe-sar sepanjang masa adalah
Muhammad, seorang yang meng-gabungkan ketiga fungsi tersebut, sedangkan
untuk tingkatan yang lebih rendah adalah Musa.
Berdasarkan standar obyektif yang dibuat Profesor Universitas Chicago, yang
saya yakin adalah seorang Yahudi, Yesus dan Budha tidak termasuk dalam
gambaran "Pemim-pin-pemimpin besar umat manusia", tetapi dengan sebuah
kebetulah yang aneh, grup Musa dan Muhammad bersama--sama menambah bobot
lebih jauh terhadap argumen bahwa Yesus tidak seperti Musa, tetapi Muhammad
seperti Musa: Ulangan 18: 18 Like unto Thee -Seperti Musa!
Yang terhormat Pendeta James L. Dow dalam Collins Dictionary of the Bible
memberi bukti lebih jauh, bahwa Yesus tidak seperti Musa, tetapi Muhammad
seperti Musa: "Sebagai negarawan dan pemberi hukum, Musa adalah pencipta
orang-orang Yahudi. Dia menemukan percampur-an yang tidak tepat dari bangsa
Semit, tidak ada satu pun dari.... "Satu-satunya orang dalam sejarah yang
dapat dibandingkan kepadanya adalah Muhammad." (Pendeta James L. Dow)
Sebagai kesimpulan, saya akhiri dengan sebuah kutipan dari seorang pendeta
Kristen, komentator Injil, yang kemudian diikuti perkataan Tuhannya:
"Kriteria utama dari nabi yang benar adalah karakter moral pengajarannya."
(Prof. Dummelow )
"Dari buahnya kita akan mengetahui mereka." (Yesus Kristus)
Marilah Kita Bermusyawarah Bersama-sama
"Katakanlah, 'Hai Ahli kitab, marilah (berpegang) ke-pada suatu kalimat
(ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak
kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesutu pun
dan tidak pula sebagian kita menjadikan sebagian yang Iain sebagai
sesembahan selain Allah'. Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada
mere-ka: 'Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri
(kepada Allah)'." (QS. Ali 'Imran:64)
"Ahli kitab" adalah sebutan penghormatan yang dibe-rikan kepada orang-orang
Yahudi dan Kristen di dalam Kitab Suci Al-Qur'an. Di sini umat Islam
diperintahkan untuk mengajak -"Hai Ahli kitab!"- Hai orang-orang yang
berilmu! Hai orang-orang yang menyatakan sebagai penerima wahyu, kitab
suci; Marilah bermusyawarah bersama-sama mencapai konsep yang sama - "bahwa
kita beribadah tidak kepada yang lain kecuali Allah, karena tidak ada
selain Allah yang layak untuk disembah, bukan karena "…Tuhan, Allahmu,
adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan Bapa kepada
anak-anaknya, kepada keturunan ketiga dan keempat dari orang-orang yang
membenci Aku." (Injil - Keluaran 20:5) Tetapi karena dia Tuhan dan pemberi
harapan kita, penyu-sun dan pendukung kita, patut untuk semua pujian, doa
dan ketaatan.
Secara abstrak orang-orang Yahudi dan Kristen akan setuju terhadap ketiga
hal di dalam ayat Al Qur'an itu. Dalam prakteknya mereka gagal. Terlepas
dari penyelewengan ajar-an dari kesatuan atas satu Tuhan yang benar (Allah
Subha-nahu wa Ta'ala) ada pertanyaan tentang kependetaan suci, (hal inijuga
diturunkan di antara kaum Yahudi), seperti jika seorang manusia belaka
-Cohen, atau Paus, atau Pendeta, atau Brahma- dapat menyatakan keunggulan
terpisah dari pengetahuan dan kemurnian hidupnya, atau dapat berdiri di
antara manusia dan Tuhan dalam beberapa pengertian khusus. Islam tidak
mengenal kependetaan.
Keyakinan Islam diberikan kepada kita di sini dalam sebuah bentuk singkat:
"Katakanlah (hai orang orang mu'min), 'Kami ber iman kepada Allah dan apa
yang drhuunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim,
Isma'i1, Ishak, Ya'qub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa
dan 'Isa serta apa yang diberi-kan kepada nabi-nabi dari Rabbnya. Kami
tidak mem-beda-bedakan seorangpun di antara mereka dan kami hanya tunduk
patuh kepadaNya'." (QS. Al-Baqarah: 136).
Posisi umat Islam jelas. Seorang Muslim tidak menya-takan mempunyai sebuah
agama khusus untuk dirinya sendiri. Islam bukanlah agama suatu golongan
atau etnis. Dalam pandangannya semua agama adalah satu, karena ke-benaran
adalah satu: Islam adalah agama yang sama dengan agama yang telah
disampaikan oleh nabi-nabi terdahulu. (QS. Asy-Syuura: 13). Semua
kitab-kitab tersebut mengajar-kan kebenaran. Intinya adalah kesadaran akan
kehendak dan rencana Allah serta ikhlas dalam ketaatan atas rencana itu.
Jika seseorang menginginkan sebuah agama selain itu, dia menyalahi
kodratnya, dan menyalahi keinginan dan rencana Allah. Seperti tidak seorang
pun dapat mengharap petunjuk, padahat ia dengan pertimbangan mendalam telah
mening-galkan petunjuk.
No comments :
Post a Comment