Thursday, April 17, 2008




Istighfar dan Taubat

Diantara sebab terpenting diturunkannya rezeki adalah istighfar
(memohon ampun) dan taubat kepada Allah Yang Maha Pengampun dan Maha Menutupi
(kesalahan). Untuk itu, pembahasan mengenai pasal ini kami bagi menjadi
dua pembahasan.

Pertama, hakikat istighfar dan taubat.

Kedua, dalil syar'i bahwa istighfar dan taubat termasuk kunci rezeki.

Pertama : Hakikat Istighfar dan Taubat

Sebagian besar orang menyangka bahwa istighfar dan taubat hanyalah
cukup dengan lisan semata. Sebagian mereka mengucapkan.

"Artinya : Aku mohon ampun kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya".
Tetapi kalimat-kalimat di atas tidak membekas di dalam hati, juga tidak
berpengaruh dalam perbuatan anggota badan. Sesungguhnya istighfar dan
taubat jenis ini adalah perbuatan orang-orang dusta.

Para ulama -semoga Allah memberi balasan yang sebaik-baiknya kepada
mereka- telah menjelaskan hakikat istighfar dan taubat.

Imam Ar-Raghib Al-Ashfahami menerangkan : "Dalam istilah syara', taubat
adalah meninggalkan dosa karena keburukannya, menyesali dosa yang
telah dilakukan, berkeinginan kuat untuk tidak mengulanginya dan berusaha
melakukan apa yang boleh diulangi (diganti). Jika keempat hal itu telah
terpenuhi berarti syarat taubatnya telah sempurna". (Al-Mufradat fi
Gharibil Qur'an, dari asal kata " tauba" hal. 76)

Imam An-Nawawi sendiri menjelaskan : "Para ulama berkata, 'Bertaubat
dari setiap dosa hukumnya adalah wajib. Jika maksiat (dosa) itu antara
hamba dengan Allah, yang tidak ada sangkut pautnya dengan hak manusia
maka syaratnya ada tiga.

Pertama, hendaknya ia menjauhi maksiat tersebut.

Kedua, ia harus menyesali perbuatan (maksiat)nya.

Ketiga, ia harus berkeinginan untuk tidak mengulanginya lagi. Jika
salah satunya hilang, maka taubatnya tidak sah.

Jika taubatnya itu berkaitan dengan hak manusia maka syaratnya ada
empat. Ketiga syarat di atas dan Keempat, hendaknya ia membebaskan diri
(memenuhi) hak orang tersebut. Jika berbentuk harta benda atau sejenisnya
maka ia harus mengembalikannya. Jika berupa had (hukuman) tuduhan atau
sejenisnya maka ia harus memberinya kesempatan untuk membalasnya atau
meminta ma'af kepadanya. Jika berupa ghibah (menggunjing), maka ia harus
meminta maaf".

(Riyadhus Shalihin, hal. 41-42)

Adapun istighfar, sebagaimana diterangkan Imam Ar-Raghib Al-Asfahani
adalah "Meminta (ampunan) dengan ucapan dan perbuatan". Dan firman Allah.


"Artinya : Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia Maha
Pengampun". (Nuh : 10)

Tidaklah berarti bahwa mereka diperintahkan meminta ampun hanya dengan
lisan semata, tetapi dengan lisan dan perbuatan. Bahkan hingga
dikatakan, memohon ampun (istighfar) hanya dengan lisan saja tanpa disertai
perbuatan adalah pekerjaan para pendusta". (Al-Mufradat fi Gharibil
Qur'an, dari asal kata "ghafara" hal. 362)

Kedua : Dalil Syar'i bahwa Istighfar dan Taubat Termasuk Kunci Rezeki
Beberapa nash (teks) Al-Qur'an dan Al-Hadits menunjukkan bahwa
istighfar dan taubat termasuk sebab-sebab rezeki dengan karunia Allah Ta'ala.
Di bawah ini beberapa nash dimaksud :

1. Apa yang disebutkan Allah Subhana wa Ta'ala tentang Nuh alaihis
salam yang berkata kepada kaumnya.

"Artinya : Maka aku katakan kepada mereka, 'Mohonlah ampun kepada
Tuhanmu', sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan
mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu
dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya)
untukmu sungai-sungai". (Nuh : 10-12)

Ayat-ayat di atas menerangkan cara mendapatkan hal-hal berikut ini
dengan istighfar:

1.Ampunan Allah terhadap dosa-dosanya. Berdasarkan firman-Nya :
"Sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun".

2.Diturunkannya hujan yang lebat oleh Allah. Ibnu Abbas Radhiyallahu
'anhuma berkata "midraaraa" adalah (hujan) yang turun dengan deras.
(Shahihul Bukhari, Kitabul Tafsir, surat Nuh 8/666)

3.Allah akan membanyakkan harta dan anak-anak. Dalam menafsirkan ayat
"wayumdid kum biamwalin wabanina" Atha' berkata : "Niscaya Allah akan
membanyakkan harta dan anak-anak kalian". (Tafsir Al-Bagawi, 4/398. Lihat
pula, Tafsirul Khazin, 7/154)

4.Allah akan menjadikan untuknya kebun-kebun.

5.Allah akan menjadikan untuknya sungai-sungai. Imam Al-Qurthubi
berkata : "Dalam ayat ini, juga yang disebutkan dalam surat Hud : 3 ('Artinya
: Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat
kepada-Nya') adalah dalil yang menunjukkan bahwa istighfar merupakan salah
satu sarana meminta diturunkannya rizki dan hujan".

(Tafsir Al-Qurthubi, 18/302. Lihat pula, Al-Iklil fis Tinbathil Tanzil,
hal. 274, Fathul Qadir, 5/417)

Al-Hafizh Ibnu Katsir dalam tafsirnya berkata : "Maknanya, jika kalian
bertaubat kepada Allah, meminta ampun kepadaNya dan kalian senantiasa
menta'atiNya, niscaya Ia akan membanyakkan rizki kalian, menurunkan air
hujan serta keberkahan dari langit, mengeluarkan untuk kalian berkah
dari bumi, menumbuhkan tumbuh-tumbuhan untuk kalian, melimpahkan air susu
perahan untuk kalian, membanyakkan harta dan anak-anak untuk kalian,
menjadikan kebun-kebun yang di dalamnya bermacam-macam buah-buahan untuk
kalian serta mengalirkan sungai-sungai diantara kebun-kebun itu (untuk
kalian)". (Tafsir Ibnu Katsir, 4/449)
Demikianlah, dan Amirul Mukminin Umar bin Khaththab Radhiyallahu 'anhu
juga berpegang dengan apa yang terkandung dalam ayat-ayat ini ketika
beliau memohon hujan dari Allah Ta'ala.

Mutharif meriwayatkan dari Asy-Sya'bi : "Bahwasanya Umar Radhiyallahu
'anhu keluar untuk memohon hujan bersama orang banyak. Dan beliau tidak
lebih dari mengucapkan istighfar (memohon ampun kepada Allah) lalu
beliau pulang. Maka seseorang bertanya kepadanya, 'Aku tidak mendengar Anda
memohon hujan'. Maka ia menjawab, 'Aku memohon diturunkannya hujan
dengan majadih 1) langit yang dengannya diharapkan bakal turun hujan. Lalu
beliau membaca ayat.
"Artinya : Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha
Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat".
(Nuh : 10-11). (Tafsir Al-Khazin, /154)

Imam Al-Hasan Al-Bashri juga menganjurkan istighfar (memohon ampun)
kepada setiap orang yang mengadukan kepadanya tentang kegersangan,
kefakiran, sedikitnya keturunan dan kekeringan kebun-kebun.
Imam Al-Qurthubi menyebutkan dari Ibnu Shabih, bahwasanya ia berkata :
"Ada seorang laki-laki mengadu kepada Al-Hasan Al-Bashri tentang
kegersangan (bumi) maka beliau berkata kepadanya, 'Ber-istighfar-lah kepada
Allah!. Yang lain mengadu kepadanya tentang kemiskinan maka beliau
berkata kepadanya, 'Ber-istighfar-lah kepada Allah!. Yang lain lagi berkata
kepadanya, 'Do'akanlah (aku) kepada Allah, agar Ia memberiku anak!,
maka beliau mengatakan kepadanya, 'Ber-istighfar-lah kepada Allah!. Dan
yang lain lagi mengadu kepadanya tentang kekeringan kebunnya maka beliau
mengatakan (pula) kepadanya, 'Ber-istighfar-lah kepada Allah!".

Dan kami menganjurkan demikian kepada orang yang mengalami hal yang
sama. Dalam riwayat lain disebutkan : "Maka Ar-Rabi' bin Shabih berkata
kepadanya, 'Banyak orang yang mengadukan macam-macam (perkara) dan Anda
memerintahkan mereka semua untuk ber-istighfar'. (Tafsir Al-Khazin,
7/154. Lihat pula, Ruhul Ma'ani, 29/73). Maka Al-Hasan Al-Bashri menjawab,
'Aku tidak mengatakan hal itu dari diriku sendiri. Tetapi sungguh Allah
telah berfirman dalam surat Nuh.

"Artinya : Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha
Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat,
dan membanyakkan harta dan anak-anakmu dan mengadakan untukmu kebun-kebun
dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai". (Nuh :
10-12). (Tafsir Al-Qurthubi, 18/302-303. Lihat pula Al-Muharrar Al-Wajiz,
16/123)

Allahu Akbar ! Betapa agung, besar dan banyak buah dari istighfar ! Ya
Allah, jadikanlah kami termasuk hamba-hamba-Mu yang pandai
ber-istighfar. Dan karuniakanlah kepada kami buahnya, di dunia maupun di akhirat.
Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar dan Maha Mengabulkan. Amin, wahai
Yang Maha Hidup dan terus menerus mengurus mahluk-Nya.
2. Ayat lain adalah firman Allah yang menceritakan tentang seruan Hud
Alaihis Shalatu was sallam kepada kaumnya agar ber-istighfar.

"Artinya : Dan (Hud berkata), Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu
lalu bertaubatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat
lebat atasmu dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu dan
janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa". (Hud : 52)

Al-Hafiz Ibnu Katsir dalam menafsirkan ayat yang mulia di atas
menyatakan : "Kemudian Hud Alaihis salam memerintahkan kaumnya untuk
ber-istighfar yang dengannya dosa-dosa yang lalu dapat dihapuskan, kemudian
memerintahkan mereka bertaubat untuk masa yang akan mereka hadapi.
Barangsiapa memiliki sifat seperti ini, niscaya Allah akan memudahkan rizkinya,
melancarkan urusannya dan menjaga keadaannya. Karena itu Allah
berfirman.

"Artinya : Niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat lebat atasmu".
(Tafsir Ibnu Katsir, 2/492. Lihat pula, Tafsir Al-Qurthubi, 9/51)
Ya Allah, jadikanlah kami termasuk orang-orang yang memiliki sifat
taubat dan istighfar, dan mudahkanlah rizki-rizki kami, lancarkanlah
urusan-urusan kami serta jagalah keadaan-keadaan kami. Sesungguhnya Engkau
Maha Mendengar lagi Maha mengabulkan do'a. Amin, wahai Dzat Yang Memiliki
keagungan dan kemuliaan.

3. Ayat lain adalah firman Allah.

"Artinya : Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan
bertaubat kepadaNya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan
memberi kenikmatan yang baik (terus-menerus) kepadamu sampai kepada waktu
yang telah ditentukan, dan Dia akan memberi kepada tiap-tiap orang
yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. Jika kamu berpaling, maka
sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa siksa hari Kiamat". (Hud : 3)


Pada ayat yang mulia di atas, terdapat janji-janji dari Allah Yang
Mahakuasa dan Maha Menentukan berupa kenikmatan yang baik kepada orang yang
ber-istighfar dan bertaubat. Dan maksud dari firmanNya.
"Artinya : Niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus
menerus) kepadamu". Sebagaimana dikatakan oleh Abdullah bin Abbas Radhiyallahu
'anhuma adalah. 'Ia akan menganugrahi rizki dan kelapangan kepada
kalian'. (Zaadul Masiir, 4/75)

Sedangkan Imam Al-Qurthubi dalam tafsirnya mengatakan : "Inilah buah
istighfar dan taubat. Yakni Allah akan memberikan kenikmatan kepada
kalian dengan berbagai manfaat berupa kelapangan rizki dan kemakmuran hidup
serta Ia tidak akan menyiksa kalian sebagaimana yang dilakukanNya
terhadap orang-orang yang dibinasakan sebelum kalian".

(Tafsir Al-Qurthubi, 9/403. Lihat pula, Tafsir Ath-Thabari, 15/229-230,
Tafsir Al-Baghawi. 4/373, Fathul Qadir, 2/695 dan Tafsir Al-Qasimi,
9/63)
Dan janji Tuhan Yang Mahamulia itu diutarakan dalam bentuk pemberian
balasan sesuai dengan syaratnya. Syaikh Muhammad Al-Amin Asy-Syinqithi
berkata : "Ayat yang mulia tersebut menunjukkan bahwa ber-istighfar dan
bertaubat kepada Allah dari dosa-dosa adalah sebab sehingga Allah
menganugrahkan kenikmatan yang baik kepada orang yang melakukannya sampai
pada waktu yang ditentukan. Allah memberikan balasan (yang baik) atas
istighfar dan taubat itu dengan balasan berdasarkan syarat yang
ditetapkan". (Adhwa'ul Bayan, 3/9)

4. Dalil lain bahwa istighfar dan taubat adalah diantara kunci-kunci
rizki yaitu hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad, Abu Daud, An-Nasa'i,
Ibnu Majah dan Al-Hakim dari Abdullah bin Abbas Radhiyallahu 'anhuma ia
berkata, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.

"Artinya : Barangsiapa memperbanyak istighfar (mohon ampun kepada Allah
2) niscaya Allah menjadikan untuk setiap kesedihannya jalan keluar dan
untuk setiap kesempitannya kelapangan dan Allah akan memberinya rizki
(yang halal) dari arah yang tidak disangka-sangka 3)".

Dalam hadits yang mulia ini, Nabi yang jujur dan terpercaya, yang
berbicara berdasarkan wahyu, Shallallahu 'alaihi wa sallam mengabarkan
tentang tiga hasil yang dapat dipetik oleh orang yang memperbanyak
istighfar. Salah satunya yaitu, bahwa Allah Yang Maha Memberi rizki, Yang
Memiliki kekuatan akan memberikan rizki dari arah yang tidak disangka-sangka
dan tidak diharapkan serta tidak pernah terdetik dalam hatinya.
Karena itu, kepada orang yang mengharapkan rizki hendaklah dia
bersegera untuk memperbanyak istighfar (memohon ampun), baik dengan ucapan
maupun dengan perbuatan. Dan hendaknya setiap muslim waspada! Sekali lagi
hendaknya waspada! dari melakukan istighfar hanya sebatas dengan lisan

 tanpa perbuatan. Sebab ia adalah pekerjaan para pendusta. 

No comments :

Post a Comment