
Rahsia Muhammad ('Mim')
Namanya dikerajaan langit dikenal dengan nama AHMAD, yang merupakan
nur, awal dan akhir tujuan dari segala sesuatu dijadikan.
sabda Muhammad SAW. yang diriwayatkan oleh Jabir bin Abdullah
al-Ansari :
>“Awal-awal perkara yang telah dijadikan (dicipta) oleh Allah swt. itu
>adalah Nur Nabmui hai Jabir. Maka menjadi Ia Allah daripadanya (Nur
>Muhammad) akan beberapa Asyaa' (sesuatu yang dijadikan Allah) dan kamu
>daripada demikian itu Asyaa”
>
>“Hai Jabir! Bahawasanya Allah Taala menjadi Ia sebelum Asyaa' akan Nur
Nabi
>engkau daripadaNya (Nurul Zat)”
>
>Allah berfirman dalam sebuah hadits Qudsi:
>"Aku adalah perbendaharaan yang tersembunyi, Aku jadikan alam (segala
>sesuatu) karena Aku berkehendak untuk dikenali"
>
>Allah menjadikan Nur Muhammad yang dikasihiNya, Allah berkehendak
dikenali
>oleh kekasihiNya, dan dengan kuasaNya sehingga Nur itu dapat
menyaksikan
>Dia, mendengar Dia, merasakan Dia, mengetahui Dia dan berhadapan
dengan
>Dia. inilah kenyataan yang ada pada Martabat Wahdat (Sifat), hanya
nyata
>('Ain) bagi setiap ihsan pada saat fana atau di syurga, namun menjadi
dalil
>bagi aqal orang awam bahwa tiada yang wujud dalam alam Wahdat ini
selain
>Allah dan Nur Muhammad.
>
>Nur Muhammad pada alam ini mengetahui siapa yang dihadapannya, ia
menunduk
>tak berani menatap dengan segala rasa ketakutan, harap dan kecintaan
yang
>tiada banding dan tiada dapat dihuraikan dengan kata-kata (Inilah Zauk
yang
>menjadi rahasia antara Nur Muhammad dengan Allah, tiada yang
mengetahui
>selain ia dan Allah), sehingga ia tergetar dan bersimbah peluh. inilah
>kenyataan pada martabat Wahidiyat (Asma), hanya nyata ('Ain) bagi
setiap
>ihsan pada saat fana atau di syurga, Sabda Nabi: "Pada saat itu engkau
>dapat melihat Allah seperti engkau melihat bulan"
>
>Maka dengan Rahmat dan Rahiem Allah, dalam ilmuNya dalam rahasia
'Kun',
>butiran-butiran peluh itu dijadikan empat bahagian, yang pertama
>dijadikannya alam langit yang dibahagi menjadi empat jua yaitu Arasy,
>Kursyi, Syurga dan Neraka, yang kedua dijadikan segala Jauhar latief
yang
>terbahagi menjadi empat jua yaitu Malaikat, Iblis, Jin dan Insan, yang
>ketiga dijadikannya Lauh Mahfudz dan yang ke empat dijadikan Alam
Zahir,
>maka bermulalah dijadikan masa dan segala alam.
>
>Inilah yang ada pada alam Af'al yang kemudian dikenali dengan empat
>martabat (alam) yakni:
>
>
>1. Martabat Ruh, tempat segala jauhar latief disimpan, nyata ('Ain)
bagi
>insan pada saat fana (Baqabillah), mimpi atau saat di padang masyhar
>setelah berpisah jirim dan jauhar latif. (Ibarat Modal dalam sebuah
>bangunan)
>
>2. Martabat Mitsal, tempat dizahirkannya jauhar latief pada
>Qodo/Ketentuannya. Misalnya nasib baik (untung) atau nasib buruk
(rugi),
>nyata ('Ain) bagi insan pada saat fana (Baqabillah) dalam Lauh Mahfudz
atau
>bila sudah tiba waktunya untuk dikekalkan setelah berpisah antara
jirim dan
>jauhar latif, setelah peristiwa padang mahsyar dan penghisaban.
(Ibarat
>Gambar Perencanaan / Design pada sebuah bangunan).
>
>
>3. Martabat Ajsam, tempat dizahirkannya jauhar latief pada Qadarnya.
>Misalnya penentuan tempat, masa, perjalanan, jasad, kejadian dan
lain-lain,
>nyata ('Ain) bagi insan pada saat fana, dalam Lauh Mahfudz (Ibarat
>penentuan Material/bahan pada sebuah bangunan).
>
>
>4. Martabat Insan, tempat dizahirkannya jauhar latief pada jirimnya
dimulai
>dari alam rahim hingga alam syahadah, nyata ('Ain) bagi insan dalam
keadaan
>sadar (Ibarat gedung yang sudah jadi pada sebuah bangunan).
>
>Pada martabat insan (alam rahim) jauhar latif (Nur yang ada pada
martabat
>Ruh) ditiupkan pada jirim yang berupa janin di alam rahim ibunya, bila
>sudah mengalir Ruh-nya melalui darah yang mengalir pada jasadnya
inilah
>sosok insan menjadi sebuah jisim, sehingga terlahir sesuai ketentuan
qodo
>dan qadar yang ditentukan Allah melalui perjanjian pada setiap insan.
>
>Pada martabat insan (alam syahadah) inilah seorang insan terhijab dari
alam
>pada martabat yang lainnya yang disebabkan terpautnya nafsu yang
>ditunggangi oleh syaithon pada jasadnya dan pada segala sesuatu yang
ada
>pada alam ini, sehingga ia terhijab dari mengetahui janjinya kepada
Allah
>ketika di alam rahim pada martabat Ruh.
>
>Apabila Allah berkehedak seorang insan berilmu, tetapi tiada
menghendaki
>membuka hijab insan tersebut, maka senantiasa disandarkan pada adat
>thobi’at yang merupakan jalan yang dikalamkanNya dalam Al-Qur’aan dan
>Hadits.
>Yakni hasrat nafsunya selalu dalam ingkar pada perintah Allah dan
hasrat
>aqalnya selalu berlawanan atau menyangkal terhadap kejadian Af’al yang
>melalui dirinya, tetapi ia berusaha dengan segala cara untuk terlihat
alim
>dan ta’at dihadapan orang lain, dan ia mengetahui bahwa tiada yang
wajib
>disembah dengan sebenarnya disembah selain Zat Yang Maha Kaya dan juga
Zat
>yang pantas untuk dirinya memohon ampunan dan keridlaanNya yakni
Allah, dan
>ia mengetahui bahwa Jalan yang disampaikan Muhammad (Al-Qur’aan dan
>Sunnah/hadits) adalah satu-satunya jalan yang menyampaikan kepada
Allah,
>Tetepi ia dikehendaki Allah untuk menyangkal semua itu dalam hatinya
sedang
>ia tiada menyadari yang demikian itu dikarenakan hijab dan dikehendaki
>hingga sakaratul maut menjemputnya pada saat Allah memisahkan jirim
dan
>jauhar latif ia tiada sampai pada menyaksikan (‘ain) pada apa-apa yang
ia
>ketahui.
>
>*Inilah tanda-tanda golongan orang-orang yang tiada dikehendaki dan
>dimurkai atau disebut Dajjal/Munafiqun (Sebutan untuk Jisim yang
terdiri
>dari jasad dan jauhar latif yang Maghdu / dimurkai atau tak lebih dari
>syaiton dalam jirim manusia)
>
>Apabila Allah tiada menghendaki membuka hijab seorang insan, dan
>membiarkannya dalam kegelapan, maka senantiasa disandarkan pada adat
>thobi’at yang merupakan jalan yang dikalamkanNya dalam Al-Qur’aan dan
>Hadits. Yakni hasrat nafsunya selalu ada dalam ta’at pada
>kebutuhan/perintah jasadnya semata-mata dan hasrat aqalnya tiada
>disandarkan pada Af’al Allah yang melalui dirinya, sehingga hatinya
>menyangkal dijadikan Allah, dan meyakini segala sesuatu terjadi dengan
>sendirinya sehingga mempertuhankan dirinya serta menjadikan thobi’at
>sebagai aqalnya. Bila disampaikan padanya tentang Muhammad, maka
hatinya
>menyangkal jalan yang disampaikan Muhammad (Al-Qur’aan dan
Sunnah/hadits)
>yang menyampaikan kepada Allah. Dan sesungguhnya insan ini dalam
kegelapan
>yakni tiada mengetahui atau mempercayai akan ajaran Allah melalui
Muhammad
>hingga akhir hayatnya.
>
>*Inilah tanda-tanda golongan orang-orang yang tiada dikehendaki hingga
>disesatkan atau lazim disebut Kafirun (Sebutan untuk Jisim yang
terdiri
>dari jirim dan jauhar latif yang Dlolliin / disesatkan).
>
>
>Apabila Allah berkehedak membuka hijab seorang insan berlazim dengan
>dihidayahkannya ilmu yang bersandar pada jalan Muhammad, maka
senantiasa
>disandarkan pada adat thobi’at yang merupakan jalan yang dikalamkanNya
>dalam Al-Qur’aan dan Hadits.
>Yakni hasrat nafsunya selalu ada dalam ta’at pada perintah Allah dan
hasrat
>aqalnya selalu berserah diri pada ketentuan Allah tanpa ada perlawanan
atau
>penyangkalan terhadap kejadian Af’al yang melalui dirinya yang nyata
>disaksikannya, sehingga ia nyata-nyata menyaksikan bahwa tiada yang
wajib
>disembah dengan sebenarnya disembah selain Zat Yang Maha Kaya dan juga
Zat
>yang pantas untuk dirinya memohon ampunan dan keridlaanNya yakni
Allah, dan
>ia nyata-nyata menyaksikan bahwa Jalan yang disampaikan Muhammad
>(Al-Qur’aan dan Sunnah/hadits) adalah satu-satunya jalan yang
menyampaikan
>kepada Allah dengan sandaran jalan Tareqat (menuntut ilmu/berguru pada
>Mursalin/Alqur’aan yang hidup/Guru yang Mursyid) terlebih dahulu.
>
>*Inilah tanda-tanda golongan orang-orang yang dikehendaki/dipilih dan
>diberi nikmat atau disebut ihsan (Sebutan untuk Jisim yang terdiri
dari
>jasad (Jirim) dan Nur (Ruh) yang mengandung sifat-sifat Kepujian atau
>‘Mim’/Ahmad)
>
>Maka bolehlah disimpulkan apakah Nur Muhammad itu:
>
>1. Pada alam insan yaitu Mu'alim yang Mursyid bagi orang awam, Ruh
bagi
>ihsan.
>
>2. Pada alam ajsam yaitu Nur yang mengisi Jasad Ihsan mulai dari
Muhammad
>bin Abdullah (Rasulullah SAW), para Rasul, para Anbiya, para Aulia
hingga
>para Mukminin/Mukminat.
>
>3. Pada alam mitsal yaitu perjalanan Nur ('Lam'/Hidayah) yang
dijadikan
>contoh yang berulang-ulang antara 'Alif' dan 'Mim' (Alqur'aan), Tengok
>Al-Baqarah.
>
>4. Pada alam Ruh yaitu Mu'alim (Sayid) dari segala Ruh.
>
>5. Pada alam Asma yaitu 'Mim' yang menyaksikan dengan nyata hakikat
dirinya
>dan Tuhannya.
>
>6. Pada alam Sifat yaitu 'Mim' (Sifat Allah yang Kamalat) yang menjadi
>sebab dijadikan segala sesuatu (Mumkinun).
>
>7. Pada alam Zat yaitu 'Mim' yang binasa pada Ahmad hingga tinggal AHAD.
No comments :
Post a Comment